Minggu, 29 Juni 2008

Korban Politik

Oleh : Imanuddin

Lagi-lagi pemilihan ketua umum HAMAS (Himpunan Mahasiswa Serang) ricuh perang mulut gara-gara kepentingan pragmatis untuk menjadi ketua umum, apakah kekeluargaan sudah tidak ada artinya, diganti dengan nafsu hegemoni kekuasaan kepentingan rela saling menjatuhkan antara sesama teman hanya untuk satu nama yaitu kekuasaan. Ini kejadian yang keduakalinya yang saya alami selama di HAMAS. Membuat saya jengah, bosan, miris melihat keadaan seperti itu, semua penuh dengan berbau egois, semuanya ingin menang sendiri. Yang kasihan kader-kader baru yang belum tahu apa-apa di suguhkan hidangan suasana yang tidak sehat, ini berakibat kepada kader penerus HAMAS diakui atau tidak kader baru yang masih lugu akan mencontoh para pendahulunya. Secepatnya harus segera berbenah diri dan direformasi system yang kurang baik di tubuh HAMAS. saya sebagai kader baru HAMAS merasa enggak nyaman dan membuat saya traumatis setelah dua tragedi tersebut. Secara tidak langsung kader baru dikasih pendidikan politik yang tidak sehat, melihat pesta demokrasi pemilihan ketua langsung seharusnya setiap anggota HAMAS berhak memilih dan pilih tapi kenyataan yang terlambat datang dijeggal tidak punya hak suara untuk memilih jagoannya. Pada suatu hari teman saya mohon do’a restu dan dukungannya untuk mencalonkan diri sebagai katua Komisariat. Terus terang saya mendukung setegah hati, saya melihat anak PMIInya kalau bukan anak PMII enggak bakal saya dukung. Apakah saya terlalu kompromi? Melihat PMIInya! Posisinya saya lagi keadaan binggung, si Faisal reputasinya kurang baik dimata anggota HAMAS menurut pandangan saya, lebih mengedepankan ego dan emosi. Mungkin imbasnya ke saya yang ikut-iktuan yang tidak tahu apa-apa. Saya datang ketempat MUSKOM (Musyawarah Komisariat) di PC NU di Kepandean sesudah Magrib karena ada rapat pimpinan di SiGMA dan tidak bisa datang awal, pas saya menginjakan kaki di tempat MUSKOM bau politik sudah tercium, teman saya mulai mendoktrin teman-teman termasuk saya. Mulut-mulut berbau doktrin dan mempengaruhi mulai dirasakan, waktu berlalu memasuki waktu terakhir membahas persidangan kriteria calon dan mekanisme pemilihan, ditengah-tengah persidangan peserta sidang mempermasalah poin 5 kira-kira bunyinya seperti ini (sudah menjadi ketua pelaksana di HAMAS) dua kubu mempermasalahkan hal itu ada yang mempertahankan dan ada yang tidak setuju ingin dirubah atau ditambah redaksinya, debat argument lumayan alot antara dua kubu yang bertentangan pertarungan mulutpun tidak bisa dielakan dan dihidari, dengan jalan musyawarah tidak bisa menemukan benang merah karena masing-masing kubu mempertahankan egonya masing-masing, mencoba dengan foting dianggap pembodohan itupun sama tidak bisa tetap saling ego. Karena foting jalan terakhir akhirnya di putuskan oleh pimpinan sidang yang dipimpin oleh Fahri meskipun itu menuai banyak protes dari kubu yang tidak setuju, kedua tentang hak suara dalam AD/RT tertulis setiap anggota HAMAS punya hak bicara dan hak suara di jegal karena tidak mengikuti persidangan dua kali dan keterlambatan datang, ini yang jadi permasalah dua kubu bertarung mulut lagi kubu satu harus sesuai dengan daftar hadir yang awal yang berjumlah 24. Kubu yang dua dengan kekehnya “karma gw anak HAMAS, gw punya hak memilih dan dipilih” ujar peserta sidang malah peserta sidang ribut sama pimpinan sidang terjadi adu mulut lagi dan saling tunjuk suasanapun makin memuncak dan memanas, untung ada senior yang mererainya, sebelum persidangan dimulai ketua sidang sudah kompromi dengan salah satu calon “pokoknya jangan banyak omong dan jangan membuat pusing mengeluarkan kata-kata kasar” ungkap ketua sidang. Setelah cekcok mulut kawan-kawan yang tidak mempunyai hak suara bergegas meninggalkan tempat MUSKOM dan kawan-kawan yang tidak setuju dengan peraturan yang sudah ditetapkan oleh pimpinan sidang dianggap memihak sebelah pihak. Tanpa basi-basi meninggalkan tempat MUSKOM dengan mimik muka yang amat sangat kecewa dan salah satu dari mereka mengajak saya cabut dari tempat tersebut, pada waktu itu kondisi saya dalam keadaan binggung dan bercampur kecewa karena disini saya sebagai warga HAMAS tidak mempunyai hak suara dan hak memilih, menurut saya ini sudah ditunggangi dan bermuatan politis. Oke kita belajar berpolitik tapi kita berajar berpolitik yang sehat, dan cantik. yang pasti teransparan tidak ada yang dirugikan, berbicara pemilihan ketua di organisasi manapun pasti ada kepentingan dan berbau politik bagaimana ia dipilih itupun membutuhkan strategi atau siasat, bagaimana politik tidak dikotori oleh nafsu kecurangan yang dianggap kotor dan busuk, (padahal sebenarnya politik bukanlah suatu yang kotor, hanya orang yang memanfaatkan serta mengatasnamakan politik untuk tujuan-tujuan yang kotor membuat politik itu menjadi kotor. Sebenarnya manusia tidak terlepas dari politik, karena politik adalah bagian dari manusia yang tidak bisa dipisahkan dari berbagai aspek kehidupan). (Pengantar Ilmu politik)

0 komentar: